Ditulis oleh Liputan6.com, Setiap perempuan mempunyai keinginan melewati satu hari istimewa dengan resepsi indah tak terlupakan. Pesta penuh bunga dengan alunan musik romantis, gaun menawan, serta tamu-tamu Istimewa tentu menjadi harapan yang ingin segera diwujudkan. Tetapi tidak demikian dengan Fathia Azkia, penulis yang bekerja di sebuah media digital di Jakarta.
Sejak berpacaran dengan Herry Purwanto, penata audio di salah satu stasion radio di Jakarta, ia memang mantap memprioritaskan rumah untuk masa depan. Mereka berdua bahkan berusaha keras mencari rumah sampai ke kawasan Sawangan, Depok. Tidak memimpikan resepsi mewah?
“Sayang saja sih kalau uang berpuluh-puluh juta dihabiskan dalam semalam,” ujarnya kepada Rumah.com. Kebutuhan sehabis pesta jauh lebih penting untuk dipenuhi daripada memuaskan hasrat mewujudkan resepsi mewah.
“Saya tidak menuruti gengsi, yang penting sah dan halal. Tidak ada yang membanggakan dari pesta yang mewah. Sehebat apapun pestanya, pastinya akan ada saja orang yang mencela dan beri komentar. Jadi, mending sederhana sekalian, kan?” tegasnya
Asal tahu saja, mereka bergotong-royong mempunyai bujet untuk resepsi. Bahkan cukup untuk menggelar pesta di Masjid Pondok Indah dengan tabiat Minang bagi 350 tamu. Tetapi mereka paham, “Kehidupan sehabis menikah jauh lebih penting. Bukan pesta satu malam yang terlalu berlebihan sampai terkesan hanya buang-buang uang,” kata Fathia. jadii lebih baik uangnya buat membayar uang muka rumah, peralatan rumah tangga, lemari dan lainnya.
Jadilah mereka merayakan pernikahan sederhana di hadapan penghulu, kerabat bersahabat dan para anak yatim piatu di bersahabat kediamannya. Di sebuah gedung yayasan yatim piatu, Fathia menggelar pernikahan bersama 100 orang. Biayanya? Cukup Rp5 jutaan saja.
“Alhamdulillah, dikala program pernikahan pun tidak banyak menghabiskan biaya. Setelah program itu, saya juga membawa makan siang untuk teman-teman kantor supaya mereka kenal dengan suami dan status saya yang baru,” tambahnya.
Setelah mengetahui status gres dan keputusannya, respon teman-teman lain ternyata di luar dugaan. “Mereka justru bilang ingin mengikuti langkah saya untuk menciptakan pesta sederhana. Terutama mereka yang sadar bahwa kenaikan harga rumah jauh lebih cepat daripada kenaikan gaji,” katanya. “Daripada resepsi di gedung, tapi tinggal di mertua,” kata seorang sahabat yang ingin mengikuti jejaknya
Pengakuan Fathia dan rekan-rekannya senada dengan hasil survey yang dilakukan firma real estate CBRE (www.cbre.com) pada tahun ini wacana generasi milenial dan properti. Survey ini mengungkapkan bahwa 64% generasi milenial Asia yang berusia 22-29 tahun, menyadari bahwa untuk mempunyai rumah berarti mereka harus mengorbankan gaya hidup sehari-hari. Dan 66% menyatakan oke bahwa mereka harus berkompromi dengan lokasi kalau ingin membeli rumah.
“Survey CBRE juga membuka mata kita bahwa 71% dari generasi milenial ini menyadari pendapatan mereka tidak bisa mengejar harga properti. Karena itu, mereka juga membutuhkan proteksi edukasi dari banyak pihak bahwa pembelian properti harus dilakukan semenjak dini, terutama dengan kebijakan loan to value yang dikala ini semakin ringan,” ujar Wasudewan, Country Manager Rumah.com.
Menurut Fathia, kunci dari keberhasilannya menekan biaya pernikahan ialah tekad lingkaran dan kemampuan meyakinkan orangtua. Lalu, ke mana saja uang tabungan mereka berdua dialihkan?
“Dengan uang yang kami kumpulkan, saya dan suami bisa membeli perabot rumah tangga dengan kualitas baik, membantu renovasi rumah orangtua dan uang muka untuk membeli mobil,” ujarnya dengan senyum bahagia.
Saat ini ia dan suami tinggal di sebuah kontrakan sederhana. “Ternyata memilih rumah yang pas tidak mudah. Sampai dikala ini kami masih memburu rumah yang tepat. Saya dan suami belum setuju soal lokasi, infrastruktur di sekitar, akses, prospek investasi ke depan, dan lain sebagainya. Doakan saja supaya kami bisa segera menemukannya,” urai Fathia.
Problem yang dialami Fathia dan suaminya ialah dilema para pencari rumah dikala ini. “Begitu banyak akad yang diberikan developer, tetapi konsumen yang kritis tidak gampang diyakinkan. Di sisi lain, pencari rumah juga tidak mempunyai waktu banyak untuk mengunjungi banyak sekali lokasi.
Dan Rumah.com, melalui Resensi Proyek (www.rumah.com/review) membantu mereka supaya sanggup mengambil keputusan secara tepat. Resensi ini tidak hanya mengulas perumahan, tetapi juga bermacam-macam akomodasi penting di sekitar lokasi, ibarat sekolah, rumah sakit, transportasi publik sampai terusan tol,” tambah Wasudewan.
0 Response to "Demi Punya Rumah Pasangan Ini Menikah Tanpa Resepsi Mewah"
Post a Comment